Direktur Olahraga Juventus Cristiano Giuntoli menilai kasus judi online ilegal yang menjerat para pemain muda Italia, termasuk gelandang Bianconeri, Nicolo Fagioli, tidak diselesaikan dengan hukuman, namun pendekatan kekeluargaan.
Hal itu diungkapkan pria 51 tahun itu di acara Festival dello Sport yang digelar oleh La Gazzetta dello Sport di Trento pada Minggu (15/10) kemarin. Ia menanggapi pertanyaan mengenai topik yang kini menjadi pembahasan utama di sepak bola Italia.
“Kami menyesali apa yang terjadi, kami amat dekat dengan Fagioli. Kami memberi tahu kantor kejaksaan federal pada saat itu, dan sang pemain serta kuasa hukumnya juga segera bersedia berkoordinasi,” ujar Giuntoli.
“Tujuannya adalah bukan untuk menghukumnya, seperti yang mungkin terjadi, tapi sebaliknya, kita perlu memberi edukasi kembali seluruh tingkatan yang ada. Kita juga punya tanggung jawab,” jelasnya.
Fagioli menjadi nama yang pertama kali muncul ke permukaan dalam kasus dugaan judi online ilegal ini, namun laporan yang ada menyebut ia sudah mengakui perbuatannya itu kepada klub dan pihak berwenang sejak Agustus lalu.
Ia disebut-sebut sudah dalam tahap kecanduan dan berutang hingga puluhan ribu Euro, jumlah yang besar untuk ukuran pemain muda. Selain Fagioli, ada pula Sandro Tonali dan Nicolo Zaniolo yang juga telah diperiksa pihak berwajib. Bahkan diduga ada selusin pemain yang masuk pusaran ini.
Menurut aturan FIGC, para pemain di Italia dilarang berjudi bola di kompetisi yang digelar oleh FIGC, UEFA, dan FIFA. Berjudi di Italia juga ada aturannya, karena harus dilakukan lewat situs yang resmi.
Kasus ini masih diperiksa dan diperkirakan baru akan mulai kelihatan ujungnya paling cepat pada November mendatang. Hukuman bagi yang berjudi bola secara ilegal yakni 3 tahun larangan bermain plus denda.