TEMPO.CO, Jakarta – Penduduk Hawaii, Amerika Serikat terus berusaha menemukan orang-orang terkasih yang hilang pada Jumat setelah kebakaran hutan melanda Pulau Maui dan menewaskan sedikitnya 67 orang.
Hingga Sabtu 12 Agustus 2023, pencarian korban tewas maupun korban selamat terus berlanjut.
Para pejabat telah memperingatkan bahwa tim pencari dengan anjing mayat masih dapat menemukan lebih banyak korban tewas akibat kebakaran yang membakar 1.000 bangunan dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Butuh waktu seminggu atau lebih sebelum pejabat Maui menghitung jumlah kematian terakhir.
Wali Kota Maui County Richard T. Bissen Jr. mengatakan kepada acara “Today” NBC pada Jumat bahwa jumlah korban tewas terdiri atas orang-orang yang mayatnya ditemukan di luar ruangan. Tim penyelamat belum mencari korban tewas di dalam ribuan gedung yang hangus terbakar, katanya.
Sementara itu, catatan menunjukkan sirene darurat tidak diaktifkan di tingkat negara bagian atau kabupaten selama kebakaran hutan, kata pejabat Hawaii. Mereka menambahkan bahwa peringatan memang dikirim ke ponsel dan jaringan penyiaran, tetapi pemadaman listrik mungkin memengaruhi jangkauan mereka.
Kerusakan, yang meliputi kehancuran kota bersejarah Lahaina, kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun dan biaya perbaikan miliaran dolar, kata para pejabat.
Bissen menambahkan bahwa angin kencang yang memicu kebakaran hutan menempatkan sistem sirene darurat dalam “situasi yang tidak mungkin” untuk memperingatkan penduduk agar mengungsi dari daerah tersebut.
Hampir 11.000 orang tetap tanpa listrik di Maui pada Jumat, menurut PowerOutage.us.
Situasi juga masih mencekam karena belum satu pun dari empat kebakaran besar di Maui sejak Selasa dapat diatasi sepenuhnya, kata Kepala Pemadam Kebakaran Kabupaten Maui Bradford Ventura.
Ventura – yang mengatakan kebakaran hutan yang menyebabkan kerusakan luas di Lahaina telah 80 persen terkendali pada Kamis pagi – memperingatkan bahwa masih ada “potensi munculnya kembali kebakaran dengan cepat”.
Kebakaran tersebut menjadi bencana alam paling mematikan dalam sejarah negara bagian tersebut, melebihi tsunami yang memakan korban jiwa, membunuh 61 orang di Pulau Besar Hawaii pada 1960, setahun setelah Hawaii bergabung dengan Amerika Serikat.