Bola Rakyat – Keberhasilan Lionel Messi menang Ballon d’Or 2023 ikut diapresiasi Presiden Brasil Lula. Komentar Lula diduga sekaligus bermaksud menyindir Neymar. Messi meraih Ballon d’Or kedelapan dalam seremoni di Paris, Selasa (31/10) dini hari WIB, 10 bulan setelah memimpin Argentina menjuarai lagi Piala Dunia semenjak 1986. Koleksi Ballon d’Or Lionel Messi menjadi yang paling banyak dari seorang pesepakbola sejauh ini, dengan Cristiano Ronaldo (5 Ballon d’Or) menjadi satu-satunya pesepakbola lain yang bisa meraih gelar itu lebih dari tiga kali.
Pencapaian Lionel Messi ini ikut diapresiasi oleh Presiden Brasil Lula. Walaupun Brasil dan Argentina dikenal memiliki persaingan tersendiri di ranah sepakbola, Lula tidak segan memuji La Pulga.
Komentar Messi
“Seorang pria yang sudah 36 tahun.” ujar Lula seperti dilansir SportBible.
“Ia sudah menjadi juara Piala Dunia dan tahun ini menang Ballon d’Or. Ia selayaknya menjadi sebuah inspirasi untuk para pemuda yang sempat ada di TV lalu menghilang begitu saja.”
“Sudah berapa tahun berlalu sejak Brasil punya idola sejati seperti sosoknya?” sebut Lula.
Komentar Lula ini diduga bermaksud menyindir Neymar, yang sebelumnya diharapkan menjadi bintang utama sepakbola Brasil dan meraih banyak pencapaian seperti halnya Lionel Messi — yang juga pernah menjadi rekan satu timnya di Barcelona dan PSG.
Neymar, kini 31 tahun, sejatinya mampu memgukir sejumlah prestasi seperti melewati rekor gol Pele di Brasil lewat gol ke-78 pada bulan lalu dan menambahkan gol yang ke-79 untuk tim Samba ketika melawan Bolivia.
Sejumlah gelar juara juga pernah diraih Neymar baik di klub maupun timnas, antara lain Liga Champions, dua titel LaLiga, lima titel Ligue 1, dan Piala Konfederasi 2013.
Namun, untuk Brasil yang senantiasa punya pengharapan tinggi terhadap pemain bintangnya, Neymar tetap dianggap tidak memenuhi ekspetasi. Ia tidak pernah bisa membawa Brasil juara dunia dan pencapaian terbaiknya di ajang Ballon d’Or adalah posisi ketiga di 2015 dan 2017 di bawah Cristiano Ronaldo dan Messi yang menang bergantian.
Kepindahannya ke Arab Saudi di musim panas, pada usia 31 tahun, juga tidak luput dari kritikan. Sejumlah media saat itu turut menyebut Neymar sebagai ‘pangeran yang tidak pernah menjadi raja’.